Perbandingan
Masalah Pendidikan di Negara Maju dan berkembang
BAB I
Pendahuluan
A.
Latar
Belakang
Pendidikan merupakan hal yang
penting baik negara yang sudah maju maupun negara-negara yang sedang
berkembang. Bagi negara maju, pendidikan digunakan sebagai upaya untuk terus
meningkatkan kualitas hidup para warga negaranya. Sedangkan bagi negara-negara
yang sedang berkembang, pendidikan dilaksanakan sebagai upaya untuk mengejar
ketertinggalan mereka dikancah internasional sehingga mereka dapat disejajarkan
dengan negara-negara maju.
Namun, pendidikan baik di negara
maju maupun negara yang sedang berkembang bukanlah tanpa masalah. Negara-negara
seperti Inggris, Amerika Serikat, Jepang, yang tergolong maju juga masih
memiliki masalah mengenai pendidikan yang disebabkan oleh beberapa
faktor. Apalagi dengan negara yang sedang berkembang.
Dengan segala kekurangannya, negara yang sedang berkembang
juga memiliki masalah pendidikan yang semakin kompleks.
Salah satu contohnya pendidikan di Negara berkembang,
yaitu Indonesia yang semakin hari kualitasnya makin rendah. Berdasarkan Survey
United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO),
terhadap kualitas pendidikan di Negara-negara berkembang di Asia
Pacific, Indonesia menempati peringkat 10 dari 14 negara. Sedangkan untuk
kualitas para guru, kulitasnya berada pada level 14 dari 14 negara berkembang.
Salah satu faktor rendahnya kualitas pendidikan di
Negara berkembang adalah karena lemahnya para guru dalam menggali potensi anak.
Para pendidik seringkali memaksakan kehendaknya tanpa pernah memperhatikan
kebutuhan, minat dan bakat yang dimiliki siswanya. Kelemahan para pendidik
kita, mereka tidak pernah menggali masalah dan potensi para
siswa. Pendidikan seharusnya memperhatikan kebutuhan anak bukan malah
memaksakan sesuatu yang membuat anak kurang nyaman dalam menuntut ilmu.
Proses pendidikan yang baik adalah dengan memberikan kesempatan pada
anak untuk kreatif. Itu harus dilakukan sebab pada dasarnya gaya berfikir anak
tidak bisa diarahkan.
Selain kurang kreatifnya para pendidik dalam membimbing
siswa, kurikulum yang sentralistik membuat potret pendidikan semakin
buram. Kurikulum hanya didasarkan pada pengetahuan pemerintah tanpa
memperhatikan kebutuhan masyarakat. Lebih parah lagi, pendidikan tidak
mampu menghasilkan lulusan yang kreatif. Ini salahnya, kurikulum dibuat di
Jakarta dan tidak memperhatikan kondisi di masyarakat bawah. Jadi, para lulusan
hanya pintar cari kerja dan tidak pernah bisa menciptakan lapangan kerja
sendiri, padahal lapangan pekerjaan yang tersedia terbatas.
Kualitas pendidikan Indonesia sangat memprihatinkan. Berdasarkan
analisa dari badanpendidikan dunia (UNESCO), kualitas para guru Indonesia
menempati peringkat terakhir dari 14 negara berkembang di Asia Pacifik. Posisi
tersebut menempatkan negeri agraris ini dibawah Vietnam yang negaranya baru
merdeka beberapa tahun lalu. Sedangkan untuk kemampuan membaca, Indonesia
berada pada peringkat 39 dari 42 negara berkembang di dunia. Lemahnya input
quality, kualitas guru kita ada diperingkat 14 dari 14 negara berkembang. Ini
juga kesalahan negara yang tidak serius untuk meningkatkan
kualitas pendidikan.
Melalui perbandingan pendidikan dapat diketahui apa
sebenarnya masalah-masalah yang membelit dunia pendidikan di negara-negara maju
dan juga negara-negara yang berkembang. Perbandingan itu tentunya akan menjadi
refleksi dari sistem pendidikan di Indonesia sendiri. Oleh karena itu, menarik
untuk dikaji, apa sebenarnya masalah-masalah pendidikan yang terjadi di
negara-negara tersebut.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas dapat dilihat begitu kompleksnya
permasalahan dalam pendidikan yang ada di Negara maju maupun Negara berkembang.
Oleh karena itu Penulis membatasi beberapa masalah dalam penulisan makalah
dengan “Perbandingan masalah pendidikan di Negara maju dan Negara berkembang”.
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Tujuan
Sesuai dengan pembatasan masalah di atas, maka tujuan
penulisan adalah untuk mengetahui masalah-masalah apa saja yang terjadi pada
pendidikan di Negara maju dan Negara berkembang yang dillihat dari kualitas
pendidikannya.
2. Manfaat
Dari
penulisan ini diharapkan mendatangkan manfaat berupa penambahan pengetahuan
serta wawasan penulis kepada pembaca tentang keadaan pendidikan sekarang ini
sehingga kita dapat mencari solusinya secara bersama agar pendidikan di masa
yang akan dapat meningkat baik dari segi kualitas maupun kuantitas yang
diberikan
BAB II
Landasan Teori
A. Masalah Pendidikan di Negara Maju
Pendidikan di negara-negara maju bukannya
tidak mengalami masalah. Seperti halnya di negara-negara berkembang ada
beberapa masalah yang dihadapi oleh pendidikan di negara-negara maju. Sebagai
contoh negara-negara maju yang mengalami beberapa masalah di bidang pendidikan
antara lain Inggris, Jepang, Amerika Serikat dan Turki.
1. Inggris
Ada beberapa masalah pendidikan di
Inggris yang cukup mendapatkan perhatian dari kalangan pemerhati pendidikan di
sana. Persatuan Guru Nasional Inggris dan Wales mengemukakan ada
beberapa masalah kependidikan yang dihadapi oleh pendidikan Inggris.
Masalah-masalah tersebut antara lain[1]:
a. The relationship between
education and employment and preparation for the transition from school to
work.
Masyarakat Inggris berpandangan
bahwa tugas pokok sekolah adalah membantu siswa memecahkan masalah. Termasuk di
dalamnya yaitu membantu siswa memecahkan masalah transisi dari sekolah menuju
dunia kerja. Masyarakat Inggris menghendaki adanya fungsi nyata dari lulusan
suatu sekolah dalam arti bagaimana lulusan tersebut dapat didayagunakan dalam
dunia kerja. Mereka menginginkan adanya hubungan antara lingkungan pendidikan
dengan dunia kerja. Oleh karenanya, sekolah diharapkan dapat menjalin kerjasama
dengan perusahaan-perusahaan, holding company dan sebagainya.
b. A commitment to
life-longeducation
Pendidikan di Inggris tengah
berupaya agar prinsip pendidikan sepanjang hayat (long life education)
dapat terlaksana. Upaya ini dilakukan agar mereka yang sudah berusia lanjut
juga terus mendapatkan pendidikan. Hal ini dikarenakan ada sebagian orang-orang
lanjut usia yang pada masa kanak-kanaknya kurang mengenyam pendidikan. Dengan
adanya usaha ini diharapkan adanya pemerataan pendidikan baik muda maupun tua
sesuai dengan prinsip long life education.
c. The expansion of
educational facilities
Salah satu resiko dari pengembangan
sarana pendidikan adalah biaya yang dikeluarkan akan semakin banyak. Apalagi di
era arus informasi dan teknologi yang semakin hari semakin berkembang dengan
cepat sehingga membutuhkan sarana pendidikan yang dapat disesuaikan dengan
perkembangan zaman. Hal ini agar pendidikan Inggris tidak ketinggalan zaman.
Dampak dari pengembangan sarana
pendidikan berteknologi tinggi, akan mengurangi tenaga kerja guru itu
sendiri. Akibatnya banyak guru-guru yang akan menganggur. Namun di lain
pihak apabila fasilitas tidak terpenuhi atau kurang maka akan menimbulkan
hambataan belajar sehingga kurang optimalnya proses belajar siswa. Hal ini juga
akan berdampak pada ekonomi Inggris di masa mendatang.
d. Teacher education for tomorrow
Pendidikan guru juga merupakan
masalah yang harus diperhatikan. Sistem dan metode pengajaran hendaknya dapat
memenuhi permintaan masyarakat yang menginginkan hasil yang bagus. Untuk
menangani masalah tersebut, pendidikan profesi keguruan di Inggris dipersiapkan
secara matang selama 4 tahun. Melalui pendidikan tersebut, guru diharapkan
dapat menjelaskan tentang kenyataan hidup dalam masyarakat plural yang multirasial
dan multikultural.
2. Jepang
Jepang merupakan salah satu negara
di Asia yang digolongkan sebagai negara maju. Akan tetapi, sebagai negara maju
Jepang juga mengalami beberapa masalah mengenai kependidikan. Adapun permasalah
kependidikan yang dialami Jepang adalah sebagai berikut:[2]
a. Hubungan antara program
kependidikan di lembaga- lembaga kependidikan dengan dunia kerja
Masalah ini justru datang dari para
lulusan perguruan tinggi. Para lulusan perguruan tinggi cenderung memilih untuk
kerja di lembaga pemerintahan. Hal ini berbanding terbalik dengan usaha
pemerintah yang ingin melakukan pengurangan pegawai negeri. Dengan kondisi yang
demikian, maka akan terjadi banyak pengangguran intelektual dari lulusan
universitas.
Pendidikann Jepang
menitikberatkan pada ahli teknologi tinggi demi memenuhi kebutuhan masyarakat
modern, akibatnya terjadi dehumanisasi dengan banyaknya tuntutan dari para
pencari kerja, terutama dari kalangan non teknis. Salah satu upaya penanganan
tersebut maka perlu adanya sekolah atau pendidikan yang dapat membangun
pertumbuhan tenaga kerja intelektual yang terampil dan professional di bidang
usaha swasta
b. Persiapan menghadapi masa
peralihan dari masa sekolah ke masa kerja serta masa hidup bermasyarakat.
Sesuai dengan keadaan pada poin a,
maka perlu adanya persiapan peralihan dari dunia pendidikan menuju dunia kerja
serta hidup di masyarakat. Di Jepang, masa peralihan terjadi pada pendidikan
sekolah menengah atas dan perguruan tinggi. Bagi mereka lulusan sekolah
kejuruan tidak begitu menimbulkan permasalahan, karena mereka telah dibekali
keahlian sesuai dengan jurusan masing-masing sehingga keterampilan mereka dapat
digunakan dalam dunia kerja. Sedangkan bagi lulusan sekolah umum dan perguruan
tinggi hendaknya ada suatu strategi khusus guna menyiapkan lulusan tersebut
agar dapat memiliki daya guna di masyarakat.
c. Pendidikan seumur hidup
Pemberian kesempatan belajar di
lembaga non-formal perlu diperhatikan agar konsep pendidikan seumur hidup dapat
terlaksana. Aspek lainnya yaitu kerjasama antara orang tua, guru dan siswa
dalam proses pendidikan. Sistem ini diharapkan dapat memantau perkembangan
siswa baik itu di sekolah maupun di rumah.
d. Perluasan fasilitas dan pelayanan
kependidikan dalam menghadapi bertambahnya hambatan ekonomi
Masalah ini dikarenakan di Jepang
juga terjadi pemusatan pemukiman di kota atau urbanisasi. Dampak dari
urbanisasi tersebut dalam kependidikan adalah kurang tersedianya sarana gedung
sekolah, karyawan administratif kependidikan serta penanganan siswa yang tidak
tertampung di sekolah. Dengan begitu maka biaya yang harus dikeluarkan
pemerintah juga semakin besar.
Adapun instansi yang menangani
pembiayaan pendidikan adalah pemerintah pusat, pemerintah daerah serta
badan-badan lain. Dari ketiga instansi tersebut pemerintah daerah adalah
instansi yang paling besar dalam menanggung pembiayaan pendidikan.
e. Penyediaan tenaga guru yang lebih
bermutu untuk mempersiapkan anak didik menghadapi masyarakat masa depan yang
semakin kompleks
Pendidikan Jepang mengusahakan agar
para siswa yang cerdas dan pandai tertarik pada profesi guru. Tugas pokok guru
di Jepang adalah membentuk karakter para siswa. Beberapa lembaga pendidikan
guru perlu ditingkatkan mutu dan arah pengembangannya pada pendidikan karakter.
f. Pemerataan dan
efektivitas pendidikan
Penerimaan untuk bersekolah harus
didasarkan hanya pada faktor kemampuan individual anak, bukannya pada status
sosial orang tuanya. Siswa yang berkemampuan rendah pun harus diberi pendidikan
sama dengan berkemampuan tinggi, agar tidak terjadi jurang pemisah yang semakin
melebar dalam masyarakat masa depan.
3. Amerika Serikat
Amerika Serikat adalah negara
adikuasa dari beberapa aspek. Pendidikan di Amerika Serikat pun juga tergolong
maju. Terbukti banyak universitas dan perguruan tinggi di AS yang menjadi
tujuan favorit untuk melanjutkan studi. Universitas itu antara lain UCLA,
Boston College, Yale University, Harvard University dan lain-lain.
Namun pendidikan di Amerika Serikat
juga tidak terlepas dari masalah. Washington Post pada tahun 2011 mengemukakan
ada dua problem yang terjadi pada pendidikan di Amerika Serikat. Pertama,
sesuai laporan dari Organization of Economic Cooperation and Development
(OECD), menunjukkan adanya penurunan tingkat lulusan pemuda dewasa pada
perguruan tinggi. Sedangkan yang kedua adalah meningkatnya jumlah pinjaman para
mahasiswa yang melebihi batas tempo.[3]
Menurut Dr. James M. Lindsay[4], ada beberapa sebab yang menjadikan
turunnya tingkat kelulusan di perguruan tinggi serta meningkatnya jumlah
pinjaman yang dilakukan oleh mahasiswa. Salah satu penyebabnya adalah semakin
meningkatnya biaya pendidikan di perguruan tinggi. Banyak mahasiswa yang
membiayai kuliah dengan mengandalkan pinjaman sebagai investasi dalam bentuk
human capital. Namun apabila jumlah pinjaman tersebut meningkat tajam serta
banyak yang habis jatuh temponya maka juga akan menjadi masalah.
4. Turki
Menurut informasi ada
beberapa masalah yang menjadi permasalahan di Turki. Masalah dasar dari sistem
pendidikan tinggi di Turki adalah sebagai berikut:[6]
a. Jumlah
siswa dengan gelar doktor di universitas tidak cukup karena siswa tidak
didorong untuk mengejar gelar doktor dan bekerja di universitas.
b. Universitas
di Turki kurang memperhatikan masalah masyarakat dan telah gagal untuk
mengembangkan kerjasama dengan lembaga-lembaga negara dan lembaga swadaya
masyarakat pada isu-isu seperti pendidikan, perawatan kesehatan, energi,
pertanian dan jasa kota.
c. Program
pendidikan di perguruan tinggi tidak siap untuk memenuhi kebutuhan sektor
usaha, ini berarti ada ketidakharmonisan antara siswa memperoleh keterampilan
di universitas dan ketrampilan yang dituntut oleh kalangan bisnis.
d. Lembaga
pendidikan tinggi di Turki juga gagal memberikan dukungan yang cukup untuk
pembangunan ekonomi negara.
e. Universitas
Turki tertinggal di belakang perkembangan dunia mengenai lisensi dan transfer
teknologi.
f. Kebanyakan
anggota staf akademik di universitas tidak dilengkapi dengan pengetahuan
pedagogis.
B. Masalah Pendidikan di Negara
Berkembang
Negara-negara berkembang merupakan
negara yang baru memulai untuk bangkit mengadakan pembangunan di berbagai aspek
baik itu ekonomi, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan lain-lain.
Dengan demikian ada beberapa ciri dari negara berkembang yaitu:
1. Secara
politis, pada umumnya baru mengalami kemerdekaan atau lepas dari penjajahan
2. Secara
ekonomi, pada umumnya miskin dan masih sangat bergantung pada alam
3. Secara
demografis, pada umumnya padat penduduk, dengan tingkat pertumbuhan penduduk
yang tinggi
4. Secara
budaya, kokoh berpegang pada warisan budaya
Beberapa hal di atas
sangat berpengaruh terhadap kebijakan yang diambil pemerintah dalam
pembangunan. Hal ini pun berdampak pada sistem pendidikan nasional.
Seperti halnya negara maju, negara
berkembang memiliki berbagai masalah pendidikan yang semakin kompleks. Yang
dimaksud kompleks adalah karena dari segi ekonomi dan teknologi, negara yang
berkembang memang ketinggalan. Dengan berbagai ketertinggalannya tersebut
mengakibatkan masalah yang timbul di dunia pendidikan pun semakin kompleks.
Berikut ini adalah contoh-contoh
negara berkembang yang mengalami persoalan-persoalan pendidikan:
1.
India
Ada beberapa masalah pendidikan yang
dialami India saat ini. Permasalahan pendidikan di India banyak dipengaruhi
oleh beberapa faktor.
a. Faktor
ekonomi, banyak siswa di India yang tidak dapat melanjutkan studi karena
masalah biaya.
b. Faktor social,
ada anggapan bahwa wanita terutama di pedesaan tidak memerlukan pendidikan,
lebih baik menjadi ibu rumah tangga saja
c. Faktor sistem
pendidikan, banyak siswa menengah atas yang tidak bisa melanjutkan pendidikan
karena kurangnya daya tampung yang disediakan oleh universitas. Selain itu,
pendidikan pemerintah juga kurang memenuhi standar dibandingkan pendidikan
swasta. Ada juga kasus, banyaknya mahasiswa yang menganggur karena tidak
mendapatkan pekerjaan.
d. Faktor
kedisiplinan guru, ada beberapa kasus di India banyak guru-guru yang sudah
difasilitasi oleh pemerintah tidak menjalankan tugasnya dengan semestinya.
2.
Pakistan
Pakistan sebagai negara Islam yang
berkembang memiliki beberapa masalah pendidikan. Menurut data dari
UNESCO, penyelesaian studi pada pendidikan dasar di Pakistan yaitu 33,8%
pada wanita dan 47,18% pada laki-laki.[8] Hal ini menunjukkan tingkat
kelulusan pendidikan dasar di Pakistan sangat rendah.
Setidaknya ada 6 masalah pokok yang
menjadi persoalan terjadi di Pakistan. Masalah-masalah tersebut yaitu:
a. Faktor
kemiskinan
b. Kesenjangan
antar daerah
c. Diskriminasi
gender
d. Kurangnya
pendidikan yang bersifat teknis, sehingga banyak lulusan yang tidak
mempunyai skill yang mumpuni
e. Kurangnya
alokasi dana dari pemerintah
f. Kurangnya
tenaga pendidik atau guru yang professional
3.
Indonesia
Indonesia sendiri termasuk dalam
salah satu Negara berkembang yang memiliki permasalahan pendidikan. Sebelum
kita membahas mengenai permasalahan-permasalahan pendidikan di
Indonesia, sebaiknya kita melihat definisi dari pendidikan itu
sendiri terlebih dahulu. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, pendidikan berasal dari kata dasar didik (mendidik), yaitu
memelihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan
kecerdasan pikiran. Sedangkan pendidikan mempunyai pengertian yaitu
proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan,
proses perbuatan, cara mendidik.
Ki Hajar Dewantara, sebagai Tokoh Pendidikan Nasional
Indonesia, peletak dasar yang kuat pendidkan nasional yang progresif untuk generasi
sekarang dan generasi yang akan datang merumuskan pengertian pendidikan sebagai
berikut :
Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan
bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelektual dan
tubuh anak); dalam Taman Siswa tidak boleh dipisahkan bagian-bagian itu agar
supaya kita memajukan kesempurnaan hidup, kehidupan, kehidupan dan penghidupan
anak-anak yang kita didik, selaras dengan dunianya (Ki Hajar Dewantara,
1977:14)
Ada dua faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan di
Indonesia yaitu :
- Faktor internal, meliputi jajaran dunia pendidikan baik
itu Departemen Pendidikan Nasional, Dinas Pendidikan daerah, dan juga sekolah
yang berada di garis depan.Dalam hal ini,interfensi dari pihak-pihak yang
terkait sangatlah dibutuhkan agar pendidikan senantiasa selalu terjaga dengan
baik.
- Faktor eksternal, adalah masyarakat pada
umumnya.Dimana,masyarakat merupakan ikon pendidikan dan merupakan tujuan dari
adanya pendidikan yaitu sebagai objek dari pendidikan.
Berikut adalah
beberapa masalah pokok mengenai pendidikan yang terjadi di Indonesia :
1. Mahalnya biaya pendidikan
2. Kurangnya guru dan tenaga pengajar
yang kualifaid
3. Kegagalan sekolah dalam memelihara
siswa
4. Keadaan kurikulum yang kurang sesuai
dengan kemampian siswa
5. Ketimpangan kemajuan desa dan kota
C.
Solusi Pendidikan di Negara
berkembang
Untuk mengatasi masalah-masalah,
seperti rendahnya kualitas sarana fisik, rendahnya kualitas guru, dan lain-lain
seperti yang telah dijelaskan diatas, secara garis besar ada dua solusi yaitu:
- Solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah
sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui
sistem pendidikan sangat berkaitan dengan sistem ekonomi yang diterapkan.
Sistem pendidikan di Negara berkembang sekarang ini, diterapkan dalam konteks
sistem ekonomi kapitalisme (mazhab neoliberalisme), yang berprinsip antara lain
meminimalkan peran dan tanggung jawab negara dalam urusan publik, termasuk
pendanaan pendidikan.
- Solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis
yang berkait langsung dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk
menyelesaikan masalah kualitas guru dan prestasi siswa.
Solusi untuk masalah-masalah teknis dikembalikan kepada
upaya-upaya praktis untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan. Rendahnya
kualitas guru, misalnya, di samping diberi solusi peningkatan kesejahteraan,
juga diberi solusi dengan membiayai guru melanjutkan ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas
guru. Rendahnya prestasi siswa, misalnya, diberi solusi dengan meningkatkan
kualitas dan kuantitas materi pelajaran, meningkatkan alat-alat peraga dan
sarana-sarana pendidikan, dan sebagainya.
Maka dengan adanya solusi-solusi
tersebut diharapkan pendidikan di Indonesia dapat bangkit dari keterpurukannya,
sehingga dapat menciptakan generasi-generasi baru yang berSDM tinggi,
berkepribadian pancasila dan bermartabat.
Dari contoh-contoh di atas dapat
dilihat bahwa permasalahan pendidikan yang terjadi di Negara berkembang
disebabkan oleh faktor ekonomi. Siswa tidak melanjutkan pendidikannya karena
tidak memiliki biaya. Selain itu, kurangnya dana juga menyebabkan kurang
tersedianya sarana prasarana serta teknologi yang memadai. Apalagi di era
globalisasi saat ini yang berdampak pada semakin cepatnya arus informasi dan
teknologi. Jika sekolah tidak siap menghadapi globalisasi maka ketertinggalan
yang akan terjadi.
Masalah sosial seperti gender juga
terjadi di dunia pendidikan Negara-negara berkembang, banyak wanita yang putus
sekolah karena dipandang tidak perlu pendidikan tinggi. Mereka beranggapan
bahwa wanita nantinya hanya menjadi ibu rumah tangga.
Peningkatan kualitas guru juga
menjadi masalah penting yang harus dibenahi oleh negara-negara berkembang.
Pendidikan dan pelatihan menjadi guru professional menjadi sangat penting bagi
negara-negara berkembang. Hal ini dikarenakan guru merupakan ujung tombak
pendidikan nasional.
Menurut Tilaar (2002) Di bawah ini
akan diuraikan beberapa penyebab rendahnya kualitas pendidikan di dunia
berkembang secara umum, yaitu:
1. Efektifitas Pendidikan
Pendidikan yang efektif adalah suatu
pendidikan yang memungkinkan peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah,
menyenangkan dan dapat tercapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan
demikian, pendidik (dosen, guru, instruktur, dan trainer) dituntut untuk dapat
meningkatkan keefektifan pembelajaran agar pembelajaran tersebut dapat berguna.
Selama ini, banyak pendapat
beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya menjadi formalitas saja untuk
membentuk sumber daya manusia Indonesia. Tidak perduli bagaimana hasil
pembelajaran formal tersebut, yang terpenting adalah telah melaksanakan
pendidikan di jenjang yang tinggi dan dapat dianggap hebat oleh masyarakat.
Anggapan seperti itu jugalah yang menyebabkan efektifitas pengajaran di
Indonesia sangat rendah. Setiap orang mempunyai kelebihan dibidangnya
masing-masing dan diharapkan dapat mengambil pendidikaan sesuai bakat dan
minatnya bukan hanya untuk dianggap hebat oleh orang lain.
Dalam pendidikan di sekolah menegah
misalnya, seseorang yang mempunyai kelebihan dibidang sosial dan dipaksa
mengikuti program studi IPA akan menghasilkan efektifitas pengajaran yang lebih
rendah jika dibandingkan peserta didik yang mengikuti program studi yang sesuai
dengan bakat dan minatnya. Hal-hal sepeti itulah yang banyak terjadi di
Indonesia. Dan sayangnya masalah gengsi tidak kalah pentingnya dalam
menyebabkan rendahnya efektifitas pendidikan di Negara berkembang.
2. Efisiensi Pengajaran Di Negara
Berkembang
Efisien adalah bagaimana
menghasilkan efektifitas dari suatu tujuan dengan proses yang lebih ‘murah’.
Dalam proses pendidikan akan jauh lebih baik jika kita memperhitungkan untuk
memperoleh hasil yang baik tanpa melupakan proses yang baik pula. Hal-hal itu
jugalah yang kurang jika kita lihat pendidikan di Indonesia. Kita kurang
mempertimbangkan prosesnya, hanya bagaimana dapat meraih standar hasil yang
telah disepakati.
Beberapa masalah efisiensi
pengajaran adalah mahalnya biaya pendidikan, waktu yang digunakan dalam proses
pendidikan, mutu pegajar dan banyak hal lain yang menyebabkan kurang efisiennya
proses pendidikan. Yang juga berpengaruh dalam peningkatan sumber daya manusia
yang lebih baik.
Jika kita berbicara tentang biaya
pendidikan, kita tidak hanya berbicara tenang biaya sekolah, training, kursus
atau lembaga pendidikan formal atau informal lain yang dipilih, namun kita juga
berbicara tentang properti pendukung seperti buku, dan berbicara tentang biaya
transportasi yang ditempuh untuk dapat sampai ke lembaga pengajaran yang kita
pilih.
Konsep efisiensi akan tercipta jika
keluaran yang diinginkan dapat dihasilkan secara optimal dengan hanya masukan
yang relative tetap, atau jika masukan yang sekecil mungkin dapat menghasilkan
keluaran yang optimal. Konsep efisiensi sendiri terdiri dari efisiensi
teknologis dan efisiensi ekonomis. Efisiensi teknologis diterapkan dalam
pencapaian kuantitas keluaran secara fisik sesuai dengan ukuran hasil yang
sudah ditetapkan. Sementara efisiensi ekonomis tercipta jika ukuran nilai
kepuasan atau harga sudah diterapkan terhadap keluaran.
3.
Standardisasi Pendidikan
Jika kita ingin meningkatkan mutu
pendidikan, kita juga berbicara tentang standardisasi pengajaran yang kita
ambil. Tentunya setelah melewati proses untuk menentukan standar yang akan
diambil. Seperti yang kita lihat sekarang ini, standar dan kompetensi dalam
pendidikan formal maupun informal terlihat hanya keranjingan terhadap standar
dan kompetensi. Kualitas pendidikan diukur oleh standard an kompetensi di dalam
berbagai versi, demikian pula sehingga dibentuk badan-badan baru untuk
melaksanakan standardisasi dan kompetensi tersebut seperti Badan Standardisasi
Nasional Pendidikan (BSNP).
Penyebab rendahnya mutu
pendidikan juga tentu tidah hanya
sebatas yang kami bahas di atas. Banyak hal yang menyebabkan rendahnya mutu
pendidikan kita. Tentunya hal seperti itu dapat kita temukan jika kita menggali
lebih dalam akar permasalahannya. Dan semoga jika kita mengetehui akar
permasalahannya, kita dapat memperbaiki mutu pendidikan sehingga jadi kebih
baik lagi.
4.
Rendahnya Kualitas Sarana Fisik
Untuk sarana fisik misalnya, banyak
sekali sekolah dan perguruan tinggi kita yang gedungnya rusak, kepemilikan dan
penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan tidak lengkap. Sementara
laboratorium tidak standar, pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan
sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri,
tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki laboratorium dan sebagainya.
5.
Rendahnya Kualitas Guru
Keadaan guru di Indonesia juga amat
memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai
untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003
yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian
dan melakukan pengabdian masyarakat. Bukan itu saja, sebagian guru di Indonesia
bahkan dinyatakan tidak layak mengajar. Walaupun guru dan pengajar bukan
satu-satunya faktor penentu keberhasilan pendidikan tetapi, pengajaran
merupakan titik sentral pendidikan dan kualifikasi, sebagai cermin kualitas,
tenaga pengajar memberikan andil sangat besar pada kualitas pendidikan yang
menjadi tanggung jawabnya. Kualitas guru dan pengajar yang rendah juga
dipengaruhi oleh masih rendahnya tingkat kesejahteraan guru.
5.
Rendahnya Kesejahteraan Guru
Rendahnya kesejahteraan guru
mempunyai peran dalam membuat rendahnya kualitas pendidikan Indonesia.
6.
Rendahnya Prestasi Siswa
Dengan keadaan yang demikian itu
(rendahnya sarana fisik, kualitas guru, dan kesejahteraan guru) pencapaian
prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan. Sebagai misal pencapaian prestasi
fisika dan matematika siswa Indonesia di dunia internasional sangat rendah.
7.
Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan
Kesempatan memperoleh pendidikan
masih terbatas pada tingkat Sekolah Dasar. Sementara itu layanan pendidikan
usia dini masih sangat terbatas. Kegagalan pembinaan dalam usia dini nantinya
tentu akan menghambat pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan. Oleh
karena itu diperlukan kebijakan dan strategi pemerataan pendidikan yang tepat
untuk mengatasi masalah ketidakmerataan tersebut.
8.
Rendahnya Relevansi Pendidikan Dengan Kebutuhan
Adanya ketidakserasian antara hasil pendidikan
dan kebutuhan dunia kerja ini disebabkan kurikulum yang materinya kurang
funsional terhadap keterampilan yang dibutuhkan ketika peserta didik memasuki
dunia kerja.
9.
Mahalnya Biaya Pendidikan
Pendidikan bermutu itu mahal.
Kalimat ini sering muncul untuk menjustifikasi mahalnya biaya yang harus
dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam bangku pendidikan. Mahalnya biaya
pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi (PT) membuat
masyarakat miskin tidak memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah. Orang
miskin tidak boleh sekolah.
Makin mahalnya biaya pendidikan
sekarang ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang menerapkan MBS
(Manajemen Berbasis Sekolah). MBS di Indonesia pada realitanya lebih dimaknai
sebagai upaya untuk melakukan mobilisasi dana. Karena itu, Komite Sekolah/Dewan
Pendidikan yang merupakan organ MBS selalu disyaratkan adanya unsur pengusaha.
Asumsinya, pengusaha memiliki akses
atas modal yang lebih luas. Hasilnya, setelah Komite Sekolah terbentuk, segala
pungutan uang selalu berkedok, “sesuai keputusan Komite Sekolah”. Namun, pada
tingkat implementasinya, ia tidak transparan, karena yang dipilih menjadi
pengurus dan anggota Komite Sekolah adalah orang-orang dekat dengan Kepala
Sekolah. Akibatnya, Komite Sekolah hanya menjadi legitimator kebijakan Kepala
Sekolah, dan MBS pun hanya menjadi legitimasi dari pelepasan tanggung jawab
negara terhadap permasalahan pendidikan rakyatnya.
Menurut Tadjab dalam bukunya
Perbandingan Pendidikan ada beberapa hal mendasar yang menjadi persoalan
pendidikan di negara berkembang. Setidaknya ada tiga masalah, yaitu:
1. Peningkatan pendidikan guru
Banyak negara-negara di Asia, Afrika dan Amerika Latin
yang kekurangan guru. Sebagian besar dari guru-guru tersebut kurang memiliki
kompetensi yang memadai sebagai guru yang professional sehingga peningkatan
melalui pendidikan dan pelatihan guru merupakan tugas utama negara
berkembang.[9]
2. Sistem
tradisional yang ditinggalkan
Negara-negara berkembang biasanya memiliki kebudayaan yang
menjadi produk unggulannya. Namun seiring perkembang zaman kebudayaan
tersebut mulai diabaikan dan beralih ke sektor modern. Pengabaian kebudayaan
tersebut justru akan semakin menjatuhkan pendidikan, sehingga isu
menipisnya karakter siswa mencuat akhir-akhir ini.
3. Sistem
sekolah yang banyak meng-impor dari luar negeri
Beberapa negara berkembang terutama negara jajahan mewarisi
model pendidikan para penjajahnya. Hal ini terjadi di beberapa negara-negara
Afrika dan Asia, yang mengadopsi model-model pendidikan seperti Perancis dan
Inggris.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Negara-negara di dunia selalu
berupaya untuk memajukan negaranya melalui sistem pendidikan. Namun usaha
tersebut bukanlah tidak mengalami hambatan. Hambatan tersebut tidak hanya di
alami oleh negara-negara yang sedang berkembang namun juga negara-negara yang
notabene sudah maju seperti Inggris, Jepang, AS dan lain-lain.
Masalah yang di alami oleh sebagian
negara maju antara lain, persoalan transisi, pemerataan, program long
life education, pendidikan guru serta keefektivan penambahan fasilitas.
Amerika Serikat sebagai negara super power juga mengalami masalah pendidikan
terutama pendidikan di perguruan tinggi yang semakin mahal. Sedangkan Turki
sebagai negara Islam modern mengalami berbagai masalah di universitasnya.
Sedangkan dari Negara yang
berkembang terjadi permasalahan pendidikan yang lebih kompleks. Sebagian besar
permasalahan pendidikan yang terjadi di negara berkembang disebabkan oleh
faktor ekonomi. Hal ini terlihat banyaknya siswa tidak melanjutkan
pendidikannya. Selain itu, kurangnya dana juga menyebabkan kurang tersedianya
sarana prasarana serta teknologi yang memadai.
Peningkatan kualitas guru merupakan
masalah utama yang harus dibenahi oleh negara-negara berkembang. Pendidikan dan
pelatihan menjadi guru profesional menjadi sangat penting bagi negara-negara
berkembang. Hal ini dikarenakan guru merupakan ujung tombak sistem pendidikan.
Masalah sosial seperti gender masih
kerap terjadi di dunia pendidikan negara yang berkembang. Sebagian dari
wanita-wanita itu putus sekolah karena dipandang tidak perlu mengenyam
pendidikan. Masyarakat sosial di negara-negara berkembang beranggapan
bahwa wanita nantinya hanya menjadi ibu rumah tangga sehingga pendidikan
dipandang tidak begitu penting.
Jika dicermati ada beberapa
persamaan permasalahan yang terjadi antara negara maju dengan negara
berkembang. Contohnya, masalah peningkatan guru. Setiap negara menyadari bahwa
guru merupakan sosok penting dalam dunia pendidikan sehingga perlu adanya usaha
peningkatan kualitas guru. Baik negara maju maupun berkembang sedang berupaya
untuk selalu meningkatkan kualitas guru agar pendidikan semakin maju.