Senin, 28 Oktober 2013

tugas kewarganegaraan

1.    Apa dasar hukum diberikan Mata Kuliah Pendidikan Kerwarganegaraan ?

Jawab:

-          Pasal 39 Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 yang kemudian diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang menegaskan bahwa "isi kurikulum fakultas setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan, wajib memuat pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan.
-          Pasal 10 ayat (1) Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 232/U/2000 Tentang Pendoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa, yang menyatakan bahwa "kelompok mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan wajib diberikan dalam kurikulum setiap program studi.
-          Keputusan Dirjen Dikti Nomor 038/DIKTI/2002, Tentang Rambu-Rambu Pelaksanaan Mata Kuliah Pengembagan Kepribadian di Perguruan Tinggi, Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi sebelumnya bernama kuliah Kewiraan.
-          Keputusan Dirjen Dikti Nomor 43/DIKTI/KEP/2006 mengatakan bahwa Mata kuliah Pendidikan Bahasa, Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan wajib diberikan di tiap Perguruan Tinggi dan berbobot 3 SKS

2.   Apa sebabnya dalam kehidupan, Manusia tidak pernah dapat mengelak dari filsafat atau senantiasa berfilsafat ?
Jawab:
Karena secara manusiawi manusia memiliki rasa keingintahuan yang tinggi, sehingga memiliki 3 kecenderungan yang membuatnya senantiasa berfilsafat untuk mendapatkan jawaban atas rasa ingin tahunya. Ketiga hal tersebut antara lain :
-          Kekaguman atau keheranan. Manusia dapat merasa kagum atau heran karena merasakan, melihat atau mendengar sesuatu yang tidak biasa mereka ketahui. Ketika manusia heran, ia akan mulai berpikir apakah ia sedang tidak ditipu oleh panca inderanya yang sedang keheranan. Hal ini membuat rasa ingin tahu mereka muncul terhadap objek yang membuat rasa kagum dan heran tersebut. Rasa heran ini mendorong manusia untuk berpikir lebih mendalam, menyeluruh dan kritis untuk memperoleh kepastian dan kebenaran yang hakiki. Berpikir secara mendalam, menyeluruh dan kritis seperti ini disebut dengan berfilsafat.
-          Keraguan atau kesangsian. Manusia dapat merasa ragu terhadap suatu objek karena mereka telah mempunyai pandangan tersendiri terhadap objek tersebut sebelumnya. Selanjutnya, manusia menggunakan filsafat sebagai sarana untuk menemukan jawaban atas keraguan mereka terhadap kebenaran persepsi yang telah mereka miliki sebelumnya atau ingin membuktikan sesuatu yang baru.
-          Kesadaran akan keterbatasan. Manusia yang menyadari bahwa dirinya mempunyai keterbatasan akan mencari cara untuk mengatasi keterbatasan yang ia miliki. Disini manusia menggunakan filsafat sebagai sarana menemukan jalan untuk mengatasi keterbatasan yang mereka alami. Apabila seseorang merasa bahwa ia sangat terbatas dan terikat terutama pada saat mengalami penderitaan atau kegagalan, maka dengan adanya kesadaran akan keterbatasannya itu manusia berfilsafat. Ia akan memikirkan bahwa diluar manusia yang terbatas, pastilah ada sesuatu yang tidak terbatas yang dijadikan bahan kemajuan untuk menemukan kebenaran yang hakiki.

3.   Jelaskan Pancasila sebagai sistem filsafat !

Jawab:

Pancasila adalah sebuah system karena pancasila merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Esensi seluruh sila-silanya juga merupakan suatu kasatuan. Pancasila berasal dari kepribadian Bangsa Indonesia dan unsur-unsurnya telah dimiliki oleh Bangsa Indonesia sejak dahulu.
Secara garis besar Pancasila adalah suatu realita yang keberadan dan kebenaraannya tidak dapat diragukan. Nilai-nilai Pancasila seperti ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan harus menjadi pedoman dan tolak ukur bagi seluruh kegiatan kemasyarakatan dan kenegaraan Bangsa Indonesia.
Filsafat Negara kita adalah Pancasila, yang diakui dan diterima oleh Bangsa Indonesia sebagai pandangan hidup. Dengan demikian, Pancasila harus dijadikan pedoman dalam kelakuan dan pergaulan sehari-hari. Sebagai pandangan hidup bangsa, maka sewajarnyalah asas-asas pancasila disampaikan kepada generasi baru melaluai pengajaran dan pendidikan. Pancasila menunjukan terjadinya proses ilmu pengetahuan. Validitas, dan hakikat ilmu pengetahuan (teori ilmu pengetahuan).
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan sistem filsafat. Sistem yang dimaksud dalam hal ini adalah satu-kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling bekerjasama untuk satu tujuan tertentu, lazimnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1.      Satu kesatuan bagian-bagian.
2.      Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri.
3.      Saling berhubungan, saling ketergantungan.
4.      Kesemua dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan bersama (tujuan sistem).
5.      Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks (Shore dan Voich, 1974:122)
Sila-sila Pancasila yang merupakan sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan organik. Sila-sila dalam pancasila saling berkaitan, saling berhubungan bahkan saling mengkualifikasi. Sila yang satu senantiasa dikualifikasikan oleh sila-sila lainnya. Dengan demikian, Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu sistem, dalam pengertian bahwa bagian-bagian (sila-silanya) saling berhubungan secara erat sehingga membentuk suatu struktur yang menyeluruh. Pancasila sebagai suatu sistem juga dapat dipahami dari pemikiran dasar yang terkandung dalam Pancasila, yaitu pemikiran tentang manusia dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, dengan dirinya sendiri, dengan sesama manusia, dengan masyarakat bangsa dan negara.
Kenyataan Pancasila yang demikian ini disebut kenyataan yang obyektif, yaitu bahwa kenyataan itu ada pada Pancasila sendiri terlepas dari sesuatu yang lain atau terlepas dari pengetahuan orang. Sehingga Pancasila sebagai suatu sistem filsafat bersifat khas dan berbeda dengan sistem-sistem filsafat yang lain misalnya: liberalisme, materialisme, komunisme, dan aliran filsafat yang lain.

4.   Jelaskan Pancasila sebagai sistem Ideologi !

Jawab:

Pancasila sebagai Ideologi Nasional seperti kita ketahui, selain sebagai Dasar Negara, ia juga menjadi ideologi bangsa. Sebagai ideologi nasional, Pancasila berfungsi menggerakkan masyarakat untuk membangun bangsa dengan usaha-usaha yang meliputi dalam semua bidang kehidupan. Pancasila tidak menentukan secara apriori sistem ekonomi dan politik, tetapi sistem apa pun yang dipilih harus mampu menyalurkan aspirasi utama tersebut. Pancasila sebagai sistem ideologi mencerminkan seperangkat nilai terpadu dalam kehidupan politiknya bangsa Indonesia, yang sebagai tata nilai yang dipergunakan sebagai acuan di dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Semua gagasan-gagasan yang timbul dalam kehidupan bermasyarakat,berbangsa dan bernegara yang ditata secara Sistematis menjadi satu kesatuan yang utuh.
Sebagai Ideologi, Pancasila berlaku sebagai Pedoman dan acuan dalam menjalankan aktivitas di segala bidang, dan karena itu sifatnya harus terbuka, luwes dan fleksibel, dan tidak bersifat tertutup maupun kaku, yang akan menyebabkan ketinggalan jaman.
Posisi Pancasila sebagai Ideologi, termasuk ke dalam ideologi terbuka, yaitu cita-cita dasar yang ingin diwujudkan masyarakat bukan berasal dar luar masyarakat atau dipaksakan dari elit penguasa tertentu.
Pancasila sebagai ideologi terbuka kepada perubahan-perubahan yang datang dari luar, tetapi memiliki kebebasan dan integritas untuk menentukan manakah nilai-nilai dari luar yang mempengaruhi dan mengubah nilai-nilai dasar yang selama ini sudah ada dan manakah yang tidak boleh berubah. Keterbukaan ideologi Pancasila bukan berarti mengubah nilai-nilai dasar yang terkandung di dalamnya, namun menyebarkan wawasannya secara lebih konkrit, sehingga memiliki kemampuan yang reformatif untuk memecahkan masalah-masalah aktual yang selalu berkembang.


5.   Jelaskan Pancasila sebagai identitas nasional !
Jawab:
Pancasila adalah identitas bangsa Indonesia. Di dalam pancasila terkandung nilai-nilai yang dianggap sebagai nilai yang baik, luhur dan dianggap menguntungkan masyarakat sehingga nilai tersebut dapat diterima. Nilai-nilai esensial yang terkandung dalam Pancasila  yaitu : Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan serta Keadilan, dalam kenyataannya secara objektif telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum mendirikan Negara.
Pancasila digambarkan sebagai seperangkat nilai yang dianggap benar, baik dan adil dan menguntugkan itu dijadikan nilai bersama. Apabila sekelompok masyarakat bangsa menjadikan nilai dalam pancasila sebagai nilai bersama maka pancasila tersebut telah menjadi ideologi bangsa atau identitas nasional bangsa Indonesia yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa yang lainnya.
Sejak negeri ini diproklamasikan sebagai negara merdeka, telah sepakat menjadikan Pancasila sebagai dasar negara dan pedoman hidup berbangsa dan bernegara. Konsekuensinya, Pancasila harus terus hidup dalam kehidupam masyarakat, lebih optimal sebagai kekuatan pemersatu bangsa. Pancasila harus menjadi perekat perbedaan kultur yang terbangun dalam masyarakat plural. Menjadi identitas bersama oleh semua kelompok masyarakat, bisa juga dimaknai sebagai identitas nasional yang bisa menjadi media dalam menjembatani perbedaan yang muncul.
Kehadiran Pancasila tidak sekedar sebagai ideologi atau patron setiap warga negara, namun juga sebagai landasan bersama (common platform). Pancasila merupakan identitas nasional yang berperan mewadahi berbagai peredaan maupun konflik yang seringkali muncul dalam sub budaya nasional.


Rabu, 23 Oktober 2013

BACK TO DECEMBER :(

I'm so glad you made time to see me.
How's life? Tell me how's your family?
I haven't seen them in a while.
You've been good, busier than ever,
We small talk, work and the weather,
Your guard is up and I know why.
Because the last time you saw me
Is still burned in the back of your mind.
You gave me roses and I left them there to die.

So this is me swallowing my pride,
Standing in front of you saying, "I'm sorry for that night,"
And I go back to December all the time.
It turns out freedom ain't nothing but missing you.
Wishing I'd realized what I had when you were mine.
I'd go back to December, turn around and make it all right.
I go back to December all the time.

These days I haven't been sleeping,
Staying up, playing back myself leavin'.
When your birthday passed and I didn't call.
And I think about summer, all the beautiful times,
I watched you laughing from the passenger side.
Realized that I loved you in the fall.

And then the cold came, the dark days when fear crept into my mind
You gave me all your love and all I gave you was "Goodbye".

So this is me swallowing my pride
Standing in front of you saying, "I'm sorry for that night."
And I go back to December all the time.
It turns out freedom ain't nothing but missing you,
Wishing I'd realized what I had when you were mine.
I'd go back to December, turn around and change my own mind
I go back to December all the time.

I miss your tanned skin, your sweet smile,
So good to me, so right
And how you held me in your arms that September night –
The first time you ever saw me cry.

Maybe this is wishful thinking,
Probably mindless dreaming,
But if we loved again, I swear I'd love you right.

I'd go back in time and change it but I can't.
So if the chain is on your door I understand.

But this is me swallowing my pride
Standing in front of you saying, "I'm sorry for that night."
And I go back to December...
It turns out freedom ain't nothing but missing you,
Wishing I'd realized what I had when you were mine.
I'd go back to December, turn around and make it all right.
I'd go back to December, turn around and change my own mind

I go back to December all the time.
All the time.

Sabtu, 12 Oktober 2013

moving house

pindahaaaan! 
sebenernya sebel denger kata yg satu itu. udah bertaun2 gue di rumah yg lama, di lingkungan yg lama, temen2, jajanan, dan semuanya yg udah bener2 nyatu sama gue.
dan sekarang harus pindah ke tempat yg baru. tempat yg asing dan terpencil, jauh dari bisingnya keramaian jalan raya. meskipun pindahnya gak begitu jauh dari rumah yg lama (cuma beda RW, dan agak masuk dari jalan raya) tp kan tetep aja harus adaptasi lagi. (untungnya gue emang jarang keluar rumah sih :p xixixi)
dan jangan tanya alamat rumah yg sekarang yaa karena gue gak tau samasekali. dan gak kenal siapapun disini. dan yg paling bikin sebel itu kalo mau jajan jauuuuuh harus ke depan dulu.
aaah sebel banget sekarang jauh dari temen2 di ikrem yg udah klopppp. dede, yana, lela, meda, atul :( kalo mau main sekarang jauh deeeh -____-
tp ada baiknya juga sih, disini gapunya tetangga, ga ada yg rese dan nyebelin. beda banget sama di tempat yg lama tetangganya ember bocor kompor meleduk. dan satu lagi ga ada nene sihir. jadi ga ada lagi yg ganggu kebahagiaan keluarga gue. mama, bapa, gue, abing, awi. ya keliatannya sih biasa aja, tp kami cukup bahagia dengan keadaan yg seperti ini.


karena bahagia itu sederhana...

Sabtu, 05 Oktober 2013

soal pengantar pendidikan

PERTANYAAN
1.      Menurut anda mengapa ilmu pendidikan mampu mencetak calon guru menjadi bijak atau arif?
2.      Pendidikan yang bijak antara lain seperti apa? Berikan contoh!
3.      Dalam mendidik, orang yang melakukan serangkaian kegiatan serempak dan seksama. Tuliskan kegiatan tersebut!
4.      Adakah orang yang tidak terdidik? Mengapa?
5.      Apakah pendidikan selalu berhasil? Buktikan!
6.      Sebaiknya pendidikan jangan pernah memaksakan kehendak, karena pendidikan yang benar adalah sesuai dengan prinsip Ki Hajar Dewantoro. Tuliskan dan jelaskan semboyannya!
7.      Jelaskan dengan singkat apa yang anda ketahui tentang UU No.20 Th.2003!
8.      Ada 4 pilar pendidikan menurut UNESCO untuk mengatasi  permasalahan yang fundamental masa kini dan masa yang akan datang. Jelaskan dengan singkat!
9.      Menurut GLEKMAN (1989) dari Virginia, USA ada 4 tipe guru, sedangkan tipe guru professional Indonesia sesuai Kepres No.19 Th.2005 harus memiliki 4 kompetensi. Tuliskan masing-masing 4 tipe guru tersebut diatas dengan singkat!
10.  Tuliskan dan jelaskan Visi dan Misi Unindra dan apa yang anda ketahui tentang PAIKEM GEMBROT!








JAWABAN
1.   Karena di dalam ilmu pendidikan diajarkan bagaimana cara mengajar dan membelajarkan peserta didik, serta bagaimana mengelola kelas. yang memang secara intensif dipersiapkan untuk menjadi guru professional. yang tidak didapat dari ilmu selain ilmu pendidikan.

2.      Pendidikan yang diberikan secara merata sesuai tingkatan dan kebutuhan tanpa membeda-bedakan kaum ataupun golongan tertentu. Penyampaian ilmu yg diberikan dari pendidik kepada peserta didik dengan melakukan komunikasi timbal balik antar keduanya yang terarah pada tujuan pendidikan. Contohnya adalah pendidik yang dengan senang hati mendengarkan keluhan peserta didiknya, serta dapat menerima saran dan masukan dari peserta didik, kemudian mengolahnya lagi untuk disampaikan lebih jelas dan terbuka secara bijak.

3.      Mengelola kelas dengan baik
Menjadi fasilitator
Motivator
Demonstrator
Evaluator

4.      Ada. Karena pada dasarnya semua orang berhak mendapatkan pendidikan. Namun, di tengah segala keterbatasan yang ada, dan mahalnya biaya pendidikan menjadikan kaum yang kurang mampu tidak berkesempatan untuk menempuh pendidikan. Sehingga mereka menjadi tidak terdidik baik secara formal maupun non formal.

5.      Tidak. Karena tolak ukur dari berhasil atau tidaknya sebuah pendidikan tergantung dari masing-masing pribadinya. Baik pengajar maupun peserta didik. Apakah pendidikan tersebut sudah tepat sasaran. Baik dari sisi pendidik, apakah dalam penyampaiannya materinya sudah benar dan jelas, sehingga peserta didik dapat menerima pelajaran yang diberikan. Atau dari sisi peserta didik, apakah ia memperhatikan dan menerima materi yang sudah diberikan oleh pendidik. Namun apabila terjalin komunikasi yang baik diantara keduanya baik pendidik, maupun peserta didik, tentu saja pendidikan tersebut akan berhasil dengaaan baik

6.      - ing ngarso sung tulodo (di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan yang baik)
- ing madyo mangun karso (di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide)
- tut wuri handayani (dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan)

7.     Undang-undang yang mengatur tentang fungsi dan tujuan pendidikan. Yang isinya menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

8.      - learning to know,
- learning to do,
- learning to be, dan
- learning to live together

9.      4 tipe guru menurut GLICKMAN:
-           Guru Profesional, memiliki daya berpikir abstrak tinggi dan komitmen terhadap tugas juga tinggi.
-           Guru tukang kritik, daya berpikir abstrak tinggi, tapi komitmen terhadap tugas rendah.
-           Guru terlalu sibuk, daya berpikir abstraknya rendah, tapi komitmen terhadap tugasnya tinggi.
            -           Guru yang tidak bermutu, daya berpikir abstrak dan komitmen terhadap tugas yang dimiliki rendah.

4        kompetensi guru professional berdasarkan PP No.19 thn 2005:
-          Kompetensi pedagogik. Adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik atau bisa disebut kompetensi pengelolaan pembelajaran
-          Kompetensi kepribadian. Kepribadian yang mantap dari sosok seorang guru akan memberikan teladan yang baik bagi anak didik maupun masyarakat.
-          Kompetensi professional. Yaitu kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam yang berhubungan dengan penyesuaian tugas-tugas keguruan.
-          Kompetensi sosial. Yaitu kemampuan yang diperlukan oleh seseorang agar berhasil dalam berhubungan dengan orang lain. Dalam kompetensi sosial ini termasuk keterampilan dalam interaksi sosial dan melaksanakan tanggung jawab sosial.

10. VISI: Sebagai lembaga pendidikan tinggi yang berperan aktif dalam pembangunan pendidikan nasional melalui pengembangan sumber daya manusia profesional yang berwatak : mandiri, peduli dan kreatif serta adaptif dengan perkembangan global.
MISI:
-          Membina dan mengembangkan : ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, tenaga akademik yang profesional dan kegiatan yang integral dalam bentuk pengabdian masyarakat.
-          Menyelenggarakan berbagai program pendidikan untuk menghasilkan tenaga yang profesional dalam berbagai bidang kependidikan dan non kependidikan yang dilandasi watak kreatif, inovatif, mandiri, dan peduli.
-          Mengembangkan budaya kewirausahaan dalam menghadapi persaingan global.

PAIKEM GEMBROT  yang artinya Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif Menyenangkan Gembira dan Berbobot. Adalah model pembelajaran terpadu yang bertujuan meningkatkan mutu dan efisiensi pengelolaan pendidikan dengan mengembangkan praktik-praktik yang sudah ada. Guru dapat menyajikan dengan atraktif/menarik dengan hasil terukur sesuai yang diharapkan siswa(orang) belajar secara aktif.

Kamis, 03 Oktober 2013

yatuhaaan...
malem ini gue  mimpiin dia lagi :(
kenapa di saat gue udah mulai move on karena kesibukan gue tiap hari ini, tetep aja dia selalu dateng di mimpi gue.
dan apapun yg terjadi sama dia, pasti gue diberitau lewat mimpi.apa segitu eratnya ikatan batin yg terjadi?
gue sendiri gatau kenapa hal itu bisa terjadi. tp yaudalah. 
Allah paasti punya rencana yg terbaik diantara yg baik. amin :)

tugas oh tugas -_-

Perbandingan Masalah Pendidikan di Negara Maju dan berkembang

BAB I
Pendahuluan

A.    Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal yang penting baik negara yang sudah maju maupun negara-negara yang sedang berkembang. Bagi negara maju, pendidikan digunakan sebagai upaya untuk terus meningkatkan kualitas hidup para warga negaranya. Sedangkan bagi negara-negara yang sedang berkembang, pendidikan dilaksanakan sebagai upaya untuk mengejar ketertinggalan mereka dikancah internasional sehingga mereka dapat disejajarkan dengan negara-negara maju.

Namun, pendidikan baik di negara maju maupun negara yang sedang berkembang bukanlah tanpa masalah. Negara-negara seperti Inggris, Amerika Serikat, Jepang, yang tergolong maju juga masih memiliki masalah mengenai pendidikan yang disebabkan oleh beberapa faktor.  Apalagi dengan negara yang sedang berkembang. Dengan segala kekurangannya,  negara yang sedang berkembang juga memiliki masalah pendidikan yang semakin kompleks.
Salah satu contohnya pendidikan di Negara berkembang, yaitu Indonesia yang semakin hari kualitasnya makin rendah. Berdasarkan Survey United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), terhadap kualitas pendidikan di Negara-negara berkembang di Asia Pacific, Indonesia menempati peringkat 10 dari 14 negara. Sedangkan untuk kualitas para guru, kulitasnya berada pada level 14 dari 14 negara berkembang.
Salah satu faktor rendahnya kualitas pendidikan di Negara berkembang adalah karena lemahnya para guru dalam menggali potensi anak. Para pendidik seringkali memaksakan kehendaknya tanpa pernah memperhatikan kebutuhan, minat dan bakat yang dimiliki siswanya. Kelemahan para pendidik kita, mereka tidak pernah menggali masalah dan potensi para siswa. Pendidikan seharusnya memperhatikan kebutuhan anak bukan malah memaksakan sesuatu yang membuat anak kurang nyaman dalam menuntut ilmu. Proses pendidikan yang baik adalah dengan memberikan kesempatan pada anak untuk kreatif. Itu harus dilakukan sebab pada dasarnya gaya berfikir anak tidak bisa diarahkan.
Selain kurang kreatifnya para pendidik dalam membimbing siswa, kurikulum yang sentralistik membuat potret pendidikan semakin buram. Kurikulum hanya didasarkan pada pengetahuan pemerintah tanpa memperhatikan kebutuhan masyarakat. Lebih parah lagi, pendidikan tidak mampu menghasilkan lulusan yang kreatif. Ini salahnya, kurikulum dibuat di Jakarta dan tidak memperhatikan kondisi di masyarakat bawah. Jadi, para lulusan hanya pintar cari kerja dan tidak pernah bisa menciptakan lapangan kerja sendiri, padahal lapangan pekerjaan yang tersedia terbatas. Kualitas pendidikan Indonesia sangat memprihatinkan. Berdasarkan analisa dari badanpendidikan dunia (UNESCO), kualitas para guru Indonesia menempati peringkat terakhir dari 14 negara berkembang di Asia Pacifik. Posisi tersebut menempatkan negeri agraris ini dibawah Vietnam yang negaranya baru merdeka beberapa tahun lalu. Sedangkan untuk kemampuan membaca, Indonesia berada pada peringkat 39 dari 42 negara berkembang di dunia. Lemahnya input quality, kualitas guru kita ada diperingkat 14 dari 14 negara berkembang. Ini juga kesalahan negara yang tidak serius untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Melalui perbandingan pendidikan dapat diketahui apa sebenarnya masalah-masalah yang membelit dunia pendidikan di negara-negara maju dan juga negara-negara yang berkembang. Perbandingan itu tentunya akan menjadi refleksi dari sistem pendidikan di Indonesia sendiri. Oleh karena itu, menarik untuk dikaji, apa sebenarnya masalah-masalah pendidikan yang terjadi di negara-negara tersebut.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas dapat dilihat begitu kompleksnya permasalahan dalam pendidikan yang ada di Negara maju maupun Negara berkembang. Oleh karena itu Penulis membatasi beberapa masalah dalam penulisan makalah dengan “Perbandingan masalah pendidikan di Negara maju dan Negara berkembang”.

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Tujuan
Sesuai dengan pembatasan masalah di atas, maka tujuan penulisan adalah untuk mengetahui masalah-masalah apa saja yang terjadi pada pendidikan di Negara maju dan Negara berkembang yang dillihat dari kualitas pendidikannya.
2. Manfaat
Dari penulisan ini diharapkan mendatangkan manfaat berupa penambahan pengetahuan serta wawasan penulis kepada pembaca tentang keadaan pendidikan sekarang ini sehingga kita dapat mencari solusinya secara bersama agar pendidikan di masa yang akan dapat meningkat baik dari segi kualitas maupun kuantitas yang diberikan


















BAB II
Landasan Teori


A.    Masalah Pendidikan di Negara Maju

            Pendidikan di negara-negara maju bukannya tidak mengalami masalah. Seperti halnya di negara-negara berkembang ada beberapa masalah yang dihadapi oleh pendidikan di negara-negara maju. Sebagai contoh negara-negara maju yang mengalami beberapa masalah di bidang pendidikan antara lain Inggris, Jepang, Amerika Serikat dan Turki.
1. Inggris
Ada beberapa masalah pendidikan di Inggris yang cukup mendapatkan perhatian dari kalangan pemerhati pendidikan di sana. Persatuan Guru Nasional Inggris dan Wales mengemukakan ada beberapa masalah kependidikan yang dihadapi oleh pendidikan Inggris. Masalah-masalah tersebut antara lain[1]:
a. The relationship between education and employment and preparation for the transition from school to work.
Masyarakat Inggris berpandangan bahwa tugas pokok sekolah adalah membantu siswa memecahkan masalah. Termasuk di dalamnya yaitu membantu siswa memecahkan masalah transisi dari sekolah menuju dunia kerja. Masyarakat Inggris menghendaki adanya fungsi nyata dari lulusan suatu sekolah dalam arti bagaimana lulusan tersebut dapat didayagunakan dalam dunia kerja. Mereka menginginkan adanya hubungan antara lingkungan pendidikan dengan dunia kerja. Oleh karenanya, sekolah diharapkan dapat menjalin kerjasama dengan perusahaan-perusahaan, holding company dan sebagainya.
b.  A commitment to life-longeducation
Pendidikan di Inggris tengah berupaya agar prinsip pendidikan sepanjang hayat (long life education) dapat terlaksana. Upaya ini dilakukan agar mereka yang sudah berusia lanjut juga terus mendapatkan pendidikan. Hal ini dikarenakan ada sebagian orang-orang lanjut usia yang pada masa kanak-kanaknya kurang mengenyam pendidikan. Dengan adanya usaha ini diharapkan adanya pemerataan pendidikan baik muda maupun tua sesuai dengan prinsip long life education.
c. The expansion of educational facilities
Salah satu resiko dari pengembangan sarana pendidikan adalah biaya yang dikeluarkan akan semakin banyak. Apalagi di era arus informasi dan teknologi yang semakin hari semakin berkembang dengan cepat sehingga membutuhkan sarana pendidikan yang dapat disesuaikan dengan perkembangan zaman. Hal ini agar pendidikan Inggris tidak ketinggalan zaman.
Dampak dari pengembangan sarana pendidikan berteknologi tinggi,  akan mengurangi tenaga kerja guru itu sendiri. Akibatnya banyak guru-guru yang akan menganggur. Namun  di lain pihak apabila fasilitas tidak terpenuhi atau kurang maka akan menimbulkan hambataan belajar sehingga kurang optimalnya proses belajar siswa. Hal ini juga akan berdampak pada ekonomi Inggris di masa mendatang.
d.  Teacher education for tomorrow
Pendidikan guru juga merupakan masalah yang harus diperhatikan. Sistem dan metode pengajaran hendaknya dapat memenuhi permintaan masyarakat yang menginginkan hasil yang bagus. Untuk menangani masalah tersebut, pendidikan profesi keguruan di Inggris dipersiapkan secara matang selama 4 tahun. Melalui pendidikan tersebut, guru diharapkan dapat menjelaskan tentang kenyataan hidup dalam masyarakat plural yang multirasial dan multikultural.   

2. Jepang
Jepang merupakan salah satu negara di Asia yang digolongkan sebagai negara maju. Akan tetapi, sebagai negara maju Jepang juga mengalami beberapa masalah mengenai kependidikan. Adapun permasalah kependidikan yang dialami Jepang adalah sebagai berikut:[2]
a. Hubungan antara program kependidikan di lembaga- lembaga kependidikan dengan dunia kerja
Masalah ini justru datang dari para lulusan perguruan tinggi. Para lulusan perguruan tinggi cenderung memilih untuk kerja di lembaga pemerintahan. Hal ini berbanding terbalik dengan usaha pemerintah yang ingin melakukan pengurangan pegawai negeri. Dengan kondisi yang demikian, maka akan terjadi banyak pengangguran intelektual dari lulusan universitas.
Pendidikann  Jepang menitikberatkan pada ahli teknologi tinggi demi memenuhi kebutuhan masyarakat modern, akibatnya terjadi dehumanisasi dengan banyaknya tuntutan dari para pencari kerja, terutama dari kalangan non teknis. Salah satu upaya penanganan tersebut maka perlu adanya sekolah atau pendidikan yang dapat membangun pertumbuhan tenaga kerja intelektual yang terampil dan professional di bidang usaha swasta
b. Persiapan menghadapi masa peralihan dari masa sekolah ke masa kerja serta masa hidup bermasyarakat.
Sesuai dengan keadaan pada poin a, maka perlu adanya persiapan peralihan dari dunia pendidikan menuju dunia kerja serta hidup di masyarakat. Di Jepang, masa peralihan terjadi pada pendidikan sekolah menengah atas dan perguruan tinggi. Bagi mereka lulusan sekolah kejuruan tidak begitu menimbulkan permasalahan, karena mereka telah dibekali keahlian sesuai dengan jurusan masing-masing sehingga keterampilan mereka dapat digunakan dalam dunia kerja. Sedangkan bagi lulusan sekolah umum dan perguruan tinggi hendaknya ada suatu strategi khusus guna menyiapkan lulusan tersebut agar dapat memiliki daya guna di masyarakat.
c. Pendidikan seumur hidup
Pemberian kesempatan belajar di lembaga non-formal perlu diperhatikan agar konsep pendidikan seumur hidup dapat terlaksana. Aspek lainnya yaitu kerjasama antara orang tua, guru dan siswa dalam proses pendidikan. Sistem ini diharapkan dapat memantau perkembangan siswa baik itu di sekolah maupun di rumah.
d. Perluasan fasilitas dan pelayanan kependidikan dalam menghadapi bertambahnya hambatan ekonomi
Masalah ini dikarenakan di Jepang juga terjadi pemusatan pemukiman di kota atau urbanisasi. Dampak dari urbanisasi tersebut dalam kependidikan adalah kurang tersedianya sarana gedung sekolah, karyawan administratif kependidikan serta penanganan siswa yang tidak tertampung di sekolah. Dengan begitu maka biaya yang harus dikeluarkan pemerintah juga semakin besar.
Adapun instansi yang menangani pembiayaan pendidikan adalah pemerintah pusat, pemerintah daerah serta badan-badan lain. Dari ketiga instansi tersebut pemerintah daerah adalah instansi yang paling besar dalam menanggung pembiayaan pendidikan.
e. Penyediaan tenaga guru yang lebih bermutu untuk mempersiapkan anak didik menghadapi masyarakat masa depan yang semakin kompleks
Pendidikan Jepang mengusahakan agar para siswa yang cerdas dan pandai tertarik pada profesi guru. Tugas pokok guru di Jepang adalah membentuk karakter  para siswa.  Beberapa lembaga pendidikan guru perlu ditingkatkan mutu dan arah pengembangannya pada pendidikan karakter.
f.  Pemerataan dan efektivitas  pendidikan
Penerimaan untuk bersekolah harus didasarkan hanya pada faktor kemampuan individual anak, bukannya pada status sosial orang tuanya. Siswa yang berkemampuan rendah pun harus diberi pendidikan sama dengan berkemampuan tinggi, agar tidak terjadi jurang pemisah yang semakin melebar dalam masyarakat masa depan.

3. Amerika Serikat
Amerika Serikat adalah negara adikuasa dari beberapa aspek. Pendidikan di Amerika Serikat pun juga tergolong maju. Terbukti banyak universitas dan perguruan tinggi di AS yang menjadi tujuan favorit untuk melanjutkan studi. Universitas itu antara lain UCLA, Boston College, Yale University, Harvard University dan lain-lain.
Namun pendidikan di Amerika Serikat juga tidak terlepas dari masalah. Washington Post pada tahun 2011 mengemukakan ada dua problem yang terjadi pada pendidikan di Amerika Serikat. Pertama, sesuai laporan dari Organization of Economic Cooperation and Development (OECD), menunjukkan adanya penurunan tingkat lulusan pemuda dewasa pada perguruan tinggi. Sedangkan yang kedua adalah meningkatnya jumlah pinjaman para mahasiswa yang melebihi batas tempo.[3]
Menurut Dr. James M. Lindsay[4], ada beberapa sebab yang menjadikan turunnya tingkat kelulusan di perguruan tinggi serta meningkatnya jumlah pinjaman yang dilakukan oleh mahasiswa. Salah satu penyebabnya adalah semakin meningkatnya biaya pendidikan di perguruan tinggi. Banyak mahasiswa yang membiayai kuliah dengan mengandalkan pinjaman sebagai investasi dalam bentuk human capital. Namun apabila jumlah pinjaman tersebut meningkat tajam serta banyak yang habis jatuh temponya maka juga akan menjadi masalah.

4. Turki
Menurut informasi ada beberapa masalah yang menjadi permasalahan di Turki. Masalah dasar dari sistem pendidikan tinggi di Turki adalah sebagai berikut:[6]
a.    Jumlah siswa dengan gelar doktor di universitas tidak cukup karena siswa tidak didorong untuk mengejar gelar doktor dan bekerja di universitas.
b.    Universitas di Turki kurang memperhatikan masalah masyarakat dan telah gagal untuk mengembangkan kerjasama dengan lembaga-lembaga negara dan lembaga swadaya masyarakat pada isu-isu seperti pendidikan, perawatan kesehatan, energi, pertanian dan jasa kota.
c.    Program pendidikan di perguruan tinggi tidak siap untuk memenuhi kebutuhan sektor usaha, ini berarti ada ketidakharmonisan antara siswa memperoleh keterampilan di universitas dan ketrampilan yang dituntut oleh kalangan bisnis.
d.   Lembaga pendidikan tinggi di Turki juga gagal memberikan dukungan yang cukup untuk pembangunan ekonomi negara.
e.    Universitas Turki tertinggal di belakang perkembangan dunia mengenai lisensi dan transfer teknologi.
f.      Kebanyakan anggota staf akademik di universitas tidak dilengkapi dengan pengetahuan pedagogis.



B.     Masalah Pendidikan di Negara Berkembang

Negara-negara berkembang merupakan negara yang baru memulai untuk bangkit mengadakan pembangunan di berbagai aspek baik itu ekonomi, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan lain-lain. Dengan demikian ada beberapa ciri dari negara berkembang yaitu:
1.      Secara politis, pada umumnya baru mengalami kemerdekaan atau lepas dari penjajahan
2.      Secara ekonomi, pada umumnya miskin dan masih sangat bergantung pada alam
3.      Secara demografis, pada umumnya padat penduduk, dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi
4.      Secara budaya, kokoh berpegang pada warisan budaya
Beberapa hal di atas sangat berpengaruh terhadap kebijakan yang diambil pemerintah dalam pembangunan. Hal ini pun berdampak pada sistem pendidikan nasional.
Seperti halnya negara maju, negara berkembang memiliki berbagai masalah pendidikan yang semakin kompleks. Yang dimaksud kompleks adalah karena dari segi ekonomi dan teknologi, negara yang berkembang memang ketinggalan. Dengan berbagai ketertinggalannya tersebut mengakibatkan masalah yang timbul di dunia pendidikan pun semakin kompleks.
Berikut ini adalah contoh-contoh negara berkembang  yang mengalami persoalan-persoalan pendidikan:
1.      India
Ada beberapa masalah pendidikan yang dialami India saat ini. Permasalahan pendidikan di India banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor.
a.   Faktor  ekonomi, banyak siswa di India yang tidak dapat melanjutkan studi karena masalah biaya.
b.   Faktor social, ada anggapan bahwa wanita terutama di pedesaan tidak memerlukan pendidikan, lebih baik menjadi ibu rumah tangga saja
c.   Faktor sistem pendidikan, banyak siswa menengah atas yang tidak bisa melanjutkan pendidikan karena kurangnya daya tampung yang disediakan oleh universitas. Selain itu, pendidikan pemerintah juga kurang memenuhi standar dibandingkan pendidikan swasta. Ada juga kasus, banyaknya mahasiswa yang menganggur karena tidak mendapatkan pekerjaan.
d.   Faktor kedisiplinan guru, ada beberapa kasus di India banyak guru-guru yang sudah difasilitasi oleh pemerintah tidak menjalankan tugasnya dengan semestinya.

2.      Pakistan
Pakistan sebagai negara Islam yang berkembang memiliki beberapa masalah pendidikan. Menurut data  dari UNESCO, penyelesaian studi pada pendidikan dasar di Pakistan yaitu 33,8% pada wanita dan 47,18% pada laki-laki.[8] Hal ini menunjukkan tingkat kelulusan pendidikan dasar di Pakistan sangat rendah.
Setidaknya ada 6 masalah pokok yang menjadi persoalan terjadi di Pakistan. Masalah-masalah tersebut yaitu:
a.    Faktor kemiskinan
b.    Kesenjangan antar daerah
c.    Diskriminasi gender
d.   Kurangnya pendidikan yang bersifat teknis, sehingga banyak lulusan yang tidak mempunyai skill yang mumpuni
e.    Kurangnya alokasi dana dari pemerintah
f.    Kurangnya tenaga pendidik atau guru yang professional

3.  Indonesia  
Indonesia sendiri termasuk dalam salah satu Negara berkembang yang memiliki permasalahan pendidikan. Sebelum kita membahas mengenai permasalahan-permasalahan pendidikan di Indonesia, sebaiknya kita melihat definisi dari pendidikan itu sendiri terlebih dahulu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata dasar didik (mendidik), yaitu memelihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan pendidikan mempunyai pengertian yaitu proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan, cara mendidik.
Ki Hajar Dewantara, sebagai Tokoh Pendidikan Nasional Indonesia, peletak dasar yang kuat pendidkan nasional yang progresif untuk generasi sekarang dan generasi yang akan datang merumuskan pengertian pendidikan sebagai berikut :
Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelektual dan tubuh anak); dalam Taman Siswa tidak boleh dipisahkan bagian-bagian itu agar supaya kita memajukan kesempurnaan hidup, kehidupan, kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik, selaras dengan dunianya (Ki Hajar Dewantara, 1977:14)

Ada dua faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan di Indonesia yaitu :
- Faktor internal, meliputi jajaran dunia pendidikan baik itu Departemen Pendidikan Nasional, Dinas Pendidikan daerah, dan juga sekolah yang berada di garis depan.Dalam hal ini,interfensi dari pihak-pihak yang terkait sangatlah dibutuhkan agar pendidikan senantiasa selalu terjaga dengan baik.
- Faktor eksternal, adalah masyarakat pada umumnya.Dimana,masyarakat merupakan ikon pendidikan dan merupakan tujuan dari adanya pendidikan yaitu sebagai objek dari pendidikan.
           
            Berikut adalah beberapa masalah pokok mengenai pendidikan yang terjadi di Indonesia :
1.      Mahalnya biaya pendidikan
2.      Kurangnya guru dan tenaga pengajar yang kualifaid
3.      Kegagalan sekolah dalam memelihara siswa
4.      Keadaan kurikulum yang kurang sesuai dengan kemampian siswa
5.      Ketimpangan kemajuan desa dan kota


C.    Solusi Pendidikan di Negara berkembang

Untuk mengatasi masalah-masalah, seperti rendahnya kualitas sarana fisik, rendahnya kualitas guru, dan lain-lain seperti yang telah dijelaskan diatas, secara garis besar ada dua solusi yaitu:
- Solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui sistem pendidikan sangat berkaitan dengan sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem pendidikan di Negara berkembang sekarang ini, diterapkan dalam konteks sistem ekonomi kapitalisme (mazhab neoliberalisme), yang berprinsip antara lain meminimalkan peran dan tanggung jawab negara dalam urusan publik, termasuk pendanaan pendidikan.
- Solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait langsung dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah kualitas guru dan prestasi siswa.
Solusi untuk masalah-masalah teknis dikembalikan kepada upaya-upaya praktis untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan. Rendahnya kualitas guru, misalnya, di samping diberi solusi peningkatan kesejahteraan, juga diberi solusi dengan membiayai guru melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru. Rendahnya prestasi siswa, misalnya, diberi solusi dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas materi pelajaran, meningkatkan alat-alat peraga dan sarana-sarana pendidikan, dan sebagainya.
Maka dengan adanya solusi-solusi tersebut diharapkan pendidikan di Indonesia dapat bangkit dari keterpurukannya, sehingga dapat menciptakan generasi-generasi baru yang berSDM tinggi, berkepribadian pancasila dan bermartabat.
Dari contoh-contoh di atas dapat dilihat bahwa permasalahan pendidikan yang terjadi di Negara berkembang disebabkan oleh faktor ekonomi. Siswa tidak melanjutkan pendidikannya karena tidak memiliki biaya. Selain itu, kurangnya dana juga menyebabkan kurang tersedianya sarana prasarana serta teknologi yang memadai. Apalagi di era globalisasi saat ini yang berdampak pada semakin cepatnya arus informasi dan teknologi. Jika sekolah tidak siap menghadapi globalisasi maka ketertinggalan yang akan terjadi.
Masalah sosial seperti gender juga terjadi di dunia pendidikan Negara-negara berkembang, banyak wanita yang putus sekolah karena dipandang tidak perlu pendidikan tinggi. Mereka beranggapan bahwa wanita nantinya hanya menjadi ibu rumah tangga.
Peningkatan kualitas guru juga menjadi masalah penting yang harus dibenahi oleh negara-negara berkembang. Pendidikan dan pelatihan menjadi guru professional menjadi sangat penting bagi negara-negara berkembang. Hal ini dikarenakan guru merupakan ujung tombak pendidikan nasional.

Menurut Tilaar (2002) Di bawah ini akan diuraikan beberapa penyebab rendahnya kualitas pendidikan di dunia berkembang secara umum, yaitu:
1. Efektifitas Pendidikan
Pendidikan yang efektif adalah suatu pendidikan yang memungkinkan peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat tercapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian, pendidik (dosen, guru, instruktur, dan trainer) dituntut untuk dapat meningkatkan keefektifan pembelajaran agar pembelajaran tersebut dapat berguna.
Selama ini, banyak pendapat beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya menjadi formalitas saja untuk membentuk sumber daya manusia Indonesia. Tidak perduli bagaimana hasil pembelajaran formal tersebut, yang terpenting adalah telah melaksanakan pendidikan di jenjang yang tinggi dan dapat dianggap hebat oleh masyarakat. Anggapan seperti itu jugalah yang menyebabkan efektifitas pengajaran di Indonesia sangat rendah. Setiap orang mempunyai kelebihan dibidangnya masing-masing dan diharapkan dapat mengambil pendidikaan sesuai bakat dan minatnya bukan hanya untuk dianggap hebat oleh orang lain.
Dalam pendidikan di sekolah menegah misalnya, seseorang yang mempunyai kelebihan dibidang sosial dan dipaksa mengikuti program studi IPA akan menghasilkan efektifitas pengajaran yang lebih rendah jika dibandingkan peserta didik yang mengikuti program studi yang sesuai dengan bakat dan minatnya. Hal-hal sepeti itulah yang banyak terjadi di Indonesia. Dan sayangnya masalah gengsi tidak kalah pentingnya dalam menyebabkan rendahnya efektifitas pendidikan di Negara berkembang.
2. Efisiensi Pengajaran Di Negara Berkembang
Efisien adalah bagaimana menghasilkan efektifitas dari suatu tujuan dengan proses yang lebih ‘murah’. Dalam proses pendidikan akan jauh lebih baik jika kita memperhitungkan untuk memperoleh hasil yang baik tanpa melupakan proses yang baik pula. Hal-hal itu jugalah yang kurang jika kita lihat pendidikan di Indonesia. Kita kurang mempertimbangkan prosesnya, hanya bagaimana dapat meraih standar hasil yang telah disepakati.
Beberapa masalah efisiensi pengajaran adalah mahalnya biaya pendidikan, waktu yang digunakan dalam proses pendidikan, mutu pegajar dan banyak hal lain yang menyebabkan kurang efisiennya proses pendidikan. Yang juga berpengaruh dalam peningkatan sumber daya manusia yang lebih baik.
Jika kita berbicara tentang biaya pendidikan, kita tidak hanya berbicara tenang biaya sekolah, training, kursus atau lembaga pendidikan formal atau informal lain yang dipilih, namun kita juga berbicara tentang properti pendukung seperti buku, dan berbicara tentang biaya transportasi yang ditempuh untuk dapat sampai ke lembaga pengajaran yang kita pilih.
Konsep efisiensi akan tercipta jika keluaran yang diinginkan dapat dihasilkan secara optimal dengan hanya masukan yang relative tetap, atau jika masukan yang sekecil mungkin dapat menghasilkan keluaran yang optimal. Konsep efisiensi sendiri terdiri dari efisiensi teknologis dan efisiensi ekonomis. Efisiensi teknologis diterapkan dalam pencapaian kuantitas keluaran secara fisik sesuai dengan ukuran hasil yang sudah ditetapkan. Sementara efisiensi ekonomis tercipta jika ukuran nilai kepuasan atau harga sudah diterapkan terhadap keluaran.

3.  Standardisasi Pendidikan
Jika kita ingin meningkatkan mutu pendidikan, kita juga berbicara tentang standardisasi pengajaran yang kita ambil. Tentunya setelah melewati proses untuk menentukan standar yang akan diambil. Seperti yang kita lihat sekarang ini, standar dan kompetensi dalam pendidikan formal maupun informal terlihat hanya keranjingan terhadap standar dan kompetensi. Kualitas pendidikan diukur oleh standard an kompetensi di dalam berbagai versi, demikian pula sehingga dibentuk badan-badan baru untuk melaksanakan standardisasi dan kompetensi tersebut seperti Badan Standardisasi Nasional Pendidikan (BSNP).
Penyebab rendahnya mutu pendidikan  juga tentu tidah hanya sebatas yang kami bahas di atas. Banyak hal yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan kita. Tentunya hal seperti itu dapat kita temukan jika kita menggali lebih dalam akar permasalahannya. Dan semoga jika kita mengetehui akar permasalahannya, kita dapat memperbaiki mutu pendidikan sehingga jadi kebih baik lagi.

4.  Rendahnya Kualitas Sarana Fisik
Untuk sarana fisik misalnya, banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi kita yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki laboratorium dan sebagainya.

5.  Rendahnya Kualitas Guru
Keadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat. Bukan itu saja, sebagian guru di Indonesia bahkan dinyatakan tidak layak mengajar. Walaupun guru dan pengajar bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan pendidikan tetapi, pengajaran merupakan titik sentral pendidikan dan kualifikasi, sebagai cermin kualitas, tenaga pengajar memberikan andil sangat besar pada kualitas pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya. Kualitas guru dan pengajar yang rendah juga dipengaruhi oleh masih rendahnya tingkat kesejahteraan guru.

5.  Rendahnya Kesejahteraan Guru
Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat rendahnya kualitas pendidikan Indonesia.

6.  Rendahnya Prestasi Siswa
Dengan keadaan yang demikian itu (rendahnya sarana fisik, kualitas guru, dan kesejahteraan guru) pencapaian prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan. Sebagai misal pencapaian prestasi fisika dan matematika siswa Indonesia di dunia internasional sangat rendah.

7.  Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan
Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat Sekolah Dasar. Sementara itu layanan pendidikan usia dini masih sangat terbatas. Kegagalan pembinaan dalam usia dini nantinya tentu akan menghambat pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan kebijakan dan strategi pemerataan pendidikan yang tepat untuk mengatasi masalah ketidakmerataan tersebut.

8.  Rendahnya Relevansi Pendidikan Dengan Kebutuhan
 Adanya ketidakserasian antara hasil pendidikan dan kebutuhan dunia kerja ini disebabkan kurikulum yang materinya kurang funsional terhadap keterampilan yang dibutuhkan ketika peserta didik memasuki dunia kerja.

9.  Mahalnya Biaya Pendidikan
Pendidikan bermutu itu mahal. Kalimat ini sering muncul untuk menjustifikasi mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam bangku pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat miskin tidak memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah. Orang miskin tidak boleh sekolah.
Makin mahalnya biaya pendidikan sekarang ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang menerapkan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah). MBS di Indonesia pada realitanya lebih dimaknai sebagai upaya untuk melakukan mobilisasi dana. Karena itu, Komite Sekolah/Dewan Pendidikan yang merupakan organ MBS selalu disyaratkan adanya unsur pengusaha.
Asumsinya, pengusaha memiliki akses atas modal yang lebih luas. Hasilnya, setelah Komite Sekolah terbentuk, segala pungutan uang selalu berkedok, “sesuai keputusan Komite Sekolah”. Namun, pada tingkat implementasinya, ia tidak transparan, karena yang dipilih menjadi pengurus dan anggota Komite Sekolah adalah orang-orang dekat dengan Kepala Sekolah. Akibatnya, Komite Sekolah hanya menjadi legitimator kebijakan Kepala Sekolah, dan MBS pun hanya menjadi legitimasi dari pelepasan tanggung jawab negara terhadap permasalahan pendidikan rakyatnya.

Menurut Tadjab dalam bukunya Perbandingan Pendidikan ada beberapa hal  mendasar yang menjadi persoalan pendidikan di negara berkembang. Setidaknya ada tiga masalah, yaitu:
1.      Peningkatan pendidikan guru
Banyak negara-negara di Asia, Afrika dan Amerika Latin yang kekurangan guru. Sebagian besar dari guru-guru tersebut kurang memiliki kompetensi yang memadai sebagai guru yang professional sehingga peningkatan melalui pendidikan dan pelatihan guru merupakan tugas utama negara berkembang.[9]
2.      Sistem tradisional yang ditinggalkan
Negara-negara berkembang biasanya memiliki kebudayaan yang menjadi produk unggulannya. Namun seiring perkembang zaman kebudayaan tersebut mulai diabaikan dan beralih ke sektor modern. Pengabaian kebudayaan tersebut justru akan semakin menjatuhkan pendidikan, sehingga isu menipisnya  karakter siswa mencuat akhir-akhir ini.
3.      Sistem sekolah yang banyak meng-impor dari luar negeri
Beberapa negara berkembang terutama negara jajahan mewarisi model pendidikan para penjajahnya. Hal ini terjadi di beberapa negara-negara Afrika dan Asia, yang mengadopsi model-model pendidikan seperti Perancis dan Inggris.















BAB III
PENUTUP


Simpulan

Negara-negara di dunia selalu berupaya untuk memajukan negaranya melalui sistem pendidikan. Namun usaha tersebut bukanlah tidak mengalami hambatan. Hambatan tersebut tidak hanya di alami oleh negara-negara yang sedang berkembang namun juga negara-negara yang notabene sudah maju seperti Inggris, Jepang, AS dan lain-lain.
Masalah yang di alami oleh sebagian negara maju antara lain, persoalan transisi, pemerataan, program long life education, pendidikan guru serta keefektivan penambahan fasilitas. Amerika Serikat sebagai negara super power juga mengalami masalah pendidikan terutama pendidikan di perguruan tinggi yang semakin mahal. Sedangkan Turki sebagai negara Islam modern mengalami berbagai masalah di universitasnya.
Sedangkan dari Negara yang berkembang terjadi permasalahan pendidikan yang lebih kompleks. Sebagian besar permasalahan pendidikan yang terjadi di negara berkembang disebabkan oleh faktor ekonomi. Hal ini terlihat banyaknya siswa tidak melanjutkan pendidikannya. Selain itu, kurangnya dana juga menyebabkan kurang tersedianya sarana prasarana serta teknologi yang memadai.
Peningkatan kualitas guru merupakan masalah utama yang harus dibenahi oleh negara-negara berkembang. Pendidikan dan pelatihan menjadi guru profesional menjadi sangat penting bagi negara-negara berkembang. Hal ini dikarenakan guru merupakan ujung tombak sistem pendidikan.
Masalah sosial seperti gender masih kerap terjadi di dunia pendidikan negara yang berkembang. Sebagian dari wanita-wanita itu putus sekolah karena dipandang tidak perlu mengenyam pendidikan. Masyarakat sosial di negara-negara berkembang  beranggapan bahwa wanita nantinya hanya menjadi ibu rumah tangga sehingga pendidikan dipandang tidak begitu penting.
Jika dicermati ada beberapa persamaan permasalahan yang terjadi antara negara maju dengan negara berkembang. Contohnya, masalah peningkatan guru. Setiap negara menyadari bahwa guru merupakan sosok penting dalam dunia pendidikan sehingga perlu adanya usaha peningkatan kualitas guru. Baik negara maju maupun berkembang sedang berupaya untuk selalu meningkatkan kualitas guru agar pendidikan semakin maju.