untukmu, yang selalu bersembunyi di balik celah bilik kosong dalam tubuh ini..
banyak sekali hal hal tentangmu berputar di pikiranku, tp sulit untukku menggambarkannya ke dalam sebuah tulisan. entah mengapa, hampir setahun setengah kita memutuskan untuk mengambil jalan masing-masing. sudah beberapa kali aku mencoba menjalin hubungan, tp kenapa aku selalu berpikir kenapa dari mereka semua tidak ada yg bisa menjadi sepertimu, tidak satupun diantara mereka yg benar benar bisa menggantikkan posisimu dan tidak satupun diantara mereka mengubah pola pikirku tentangmu. dimana letak kesalahannya? hingga akhirnya aku berada pada titik jenuh dan muak. aku mundur, aku menghindar dari setiap orang yang berusaha untuk mendekat. karena perasaan ini tidak bisa berbohong, kupikir amat sangat buang buang waktu ketika aku menghabiskan waktuku bersama seseorang, mendengarkan kata katanya dan melakukan banyak percakapan sementara pikiranku sebenarnya tidak benar benar berada di tempatnya, dan justru malah memikirkan seseorang disana yg tak nyata keberadaannya di penglihatanku.
kenapa hanya aku saja yang merasakan seperti ini? apakah tidak denganmu?
kamu. ya kamu, aku mengenalmu sejak pertama kali kita masuk di smk yang sama dan kelas yang sama. sungguh saat itu tidak pernah terlintas di pikiranku bahwa pada akhirnya aku bisa berada di dekatmu. hampir 2 tahun hari hariku diisi berkomunikasi denganmu, padahal saat itu tak ada komitmen tak ada hubungan yg mengikat atau apapun. tapi entah mengapa aku merasa nyaman dan tak pernah sedikitpun keinginan dariku untuk menuntut ini dan itu, setiap waktu kuisi walau hanya dengan sms atau telponan membicarakan segala hal yang tiada habisnya dengannya. tapi aku nyaman. padahal saat bertatapan langsung, jarang sekali keluar percakapan dari mulut masing masing. terlalu banyak hening dalam diam. dan entah mengapa aku menikmati situasi itu.
sampai pada suatu malam, ya masih terekam jelas di pikiranku pada hari itu. malam dimana bulan ramadhan, tanggal 10 september 2009 menjelang sahur. aku dan kamu yg masih belum bisa terlelap masih melakukan percakapan kecil via telepon dan sms. entah sengaja atau tidak, kami menyatakan perasaan nyaman yg kami rasakan di setiap waktunya. dan sejak saat itulah, waktu baru saja dimulai.
waktu terus kulewati bersamanya, sedikit demi sedikit setiap masalah bermunculan tak ada habisnya. tapi kita kuat, kita bisa. aku dan kamu mampu melewati segala masalah itu, walaupun pada kenyataanya kadang kebih kompleks dari yg diperkirakan. dan waktu terus berjalan, tanpa mau memberi celah berhenti agar aku bisa lebih lama melewati waktuku bersamamu. kutulis semua tentangmu dalam buku diary yang pernah kau berikan saat ulang tahunku yang ke17. yg dulu aku pikir itu bukanlah apa2, tapi kini kusadari maksud pemberianmu. kurekam semua tentangmu, kebersamaanku denganmu. menggantikan buku di masa laluku yg pernah kita tutup dan bakar bersama.
kembali ke kenyataan, hidup tetap harus dilalui. masa sekolah lebih singkat dari yg ku kira, begitu juga kebersamaanku denganmu. kamu memutuskan untuk melanjutkan pendidikanmu di akademi, dan aku memutuskan untuk memulai perjalananku dengan semua target yang telah kususun matang matang. aku memutuskan untuk bekerja. dari sekian banyak tawaran pekerjaan, kuambil yang berlokasi paling dekat dengan kampusmu. dan waktu masih terus kita lalui bersama, terlalu banyak yang sudah dilewati, menceritakannya saja sulit karena semuanya berlalu lalang dan menumpuk dalam benak ini. selelah lelahnya kamu masih menyempatkan waktumu hanya untuk sekedar menjemputku atau hanya sekedar makan bersama. semarah marahnya aku, kamu selalu menyiapkan berbagai cara untuk membuatku tersenyum kembali. sekali lagi yang kubanggakan dari dirimu, kamu tidak pernah menuntut hal sekecil apapun dari diriku. kamu tidak pernah malu untuk mengenalkanku dengan keluarga, teman main, bahkan teman kampusmu. kamu tidak pernah segan untuk membawaku saat acaramu dengan teman temanmu. begitupun dengan keluargaku yang begitu menyukaimu. tapi waktu tetaplah waktu, saat itu aku masih belum menyadari betapa hebatnya kamu, aku selalu melihat keatas. menuntutmu untuk melakukan ini itu, hal hal lebih seperti orang lain. betapa bodohnya aku, si egois penuntut ini itu yang selalu marah marah tak beralasan. siapa aku saat itu? sungguh aku benar benar tidak habis pikir dengan apa yang aku lakukan saat itu.
waktu terus dan terus berlalu, waktu yang aku takutkan sejak dari saat pertama kau memutuskan untuk melanjutkan pendidikanmu. kamu memutuskan untuk mengambil on the job training di negeri tetangga. sungguh saat itu aku merasa sangat down, bagaimana mungkin aku yang selama ini sehari harinya terbiasa denganmu harus melewati 6 bulan dalam hidupku tanpa sedetikpun bersamamu. sau hal begitu berkesan dalam hidupku tlah kamu ciptakan, di hari aku mengantar kepergianmu ke negeri tetangga. bersama kedua orangtua dan kakakmu, sekali lagi kamu tidak pernah sungkan mengungkapkan rasa sayangmu kepadaku. walaupun tak pernah terungkapkan kata kata manis yang keluar dari mulutmu, tapi dari sikap dan rasa sayang tulus yang kau tunjukkan sudah jauh lebih dari sekedar kata kata. pagi itu, di terminal keberangkatan bandara menjadi saksi, di detik detik keberangkatanmu di depan keluargamu kau peluk erat dan kau kecup keningku sambil mengatakan untuk menunggunya, 6 bulan itu sebentar katanya. air mata ini rasanya ingin meledak terurai dari mataku yang sudah berkaca-kaca. aku berusaha menahannya agar itu tidak terlihat oleh keluarganya aku tak mau terlihat cengeng di depan mereka. tp tetap saja itu tak bisa tertahan.
jarak, ya awal dari sebuah cobaan besar dalam hubungan yg sempurna ini. sebulan, dua bulan masih berjalan lancar, tapi tidak di bulan bulan selanjutnya. masalah demi masalah dan akupun sendiri tidak tahu bagaimana menyelesaikannya karena terpisahkan jarak. tapi kuyakin masalah masalah itu sebenarnya datang dari diriku sendiri, harusnya aku bisa percaya padanya, harusnya aku mengerti posisinya, harusnya aku tidak banyak ngambek, harusnya, harusnya, harusnya. sampai pada ada satu masalah yg tak bisa aku jelasnkan dan rasanya tak etis juga bila diungkapkan karena nyatanya aku terlalu emosional menyikapi segala sesuatunya. aku terlalu meledak ledak tidak karuan. hingga pada akhirnya kita memutuskan untuk mengakhiri segalanya, segala sesuatu yg telah kita lewati bersama, kebersamaan selama 2tahun setengah. waktu terasa berhenti sampai disitu, dan rasanya sulit untuk bergerak lagi. sampai saat ia kembali ke negara ini, ke kota ini pun aku masih sulit menerima bahwa semua ini sudah berakhir. it was over oni!!!
aku yg sekarang, entah setelah semua yang kulewati. terutama hari hariku tanpanya. dan pengalaman orang orang di sekitarku banyak memberi pelajaran untukku, sampai aku menyadari segala sesuatunya dan berubah menjadi aku yg sekarang. aku lebih bisa memaknai hidup, menghargai orang orang di sekitarku, menjaga segala sesuatu yg kumiliki. menyesal, ya kuakui aku memang amat teramat sangat menyesal akan kebodohanku dulu.bukan penyesalan namanya kalau bukan di akhir, dan itulah yang kini aku hadapi. tp waktu dan semua itu mengajariku segalanya. yg membuat aku menjadi sekuat saat ini.
waktu terus berjalan, tanpa pernah bisa disalahkan. karena segala kesalahan yg aku lakukan dulu memang benar benar salahku. hanya saja aku kurang bisa memanfaatkan waktu.
kini aku memang bahagia, aku menjadi pribadi yg selalu bersyukur atas segala yang aku miliki saat ini. meskipun tak ada kamu dari salah satu yg kumiliki itu.
tapi satu yang aku yakini. kamu masih disini, di balik celah bilik kosong dalam tubuhku. dan akan tetap disini, tersimpan sampai kapanpun. karena waktu lah yang pernah merekamnya, maka waktu pula yang akan menjawabnya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar