sore ini, hujan merata mengguyur kota jakarta dan sekitarnya. cuaca dingin karena angin yg berhembus mengalahkan dinginnya ac di dalam ruangan. tapi rasanya aku enggan untuk menunggu sampai hujan benar benar berhenti. akhirnya kuputuskan untuk tetap melanjutkan perjalanan pulang. ya seperti biasa menggunakan sepeda motor. sepeda motor yg aku beli dari jerih payah keringatku, yg menjadi saksi akan perjuanganku yg benar2 dari titik nol.
titik titik air hujan yg menetes tidak membuyarkan konsentrasi berkendara. namun, tepat di ujung jalan marga satwa ragunan, di lampu merah departemen pertanian (kalau aku tidak salah). sesosok pemandangan yg membuat aku terpaku, hatiku terenyuh, tanpa sadar air mata ini menetes. padahal kukira aku adalah sosok yg kejam. hehe xp. tepat berdiri disana seorang kakek tua sedang menjajakan dagangannya. kanebo, lem, dan entah barang apa lagi yg ada di kotak yg dibawanya. di bawah guyuran rintik rintik air hujan, dengan pakaian yg setengah kuyup. entah apa yg aku bayangkan saat itu, aku hanya bisa terdiam memandangi pemandangan tersebut. sampai saat lampu berubah menjadi hijau dan orang2 di belakangku sudah membunyikan klakson. aku tersadar dari lamunanku, dan melanjutkan perjalanan tanpa bisa berbuat apa apa.
sepanjang jalan, pikiranku menerawang dan air mata terus meluap mengalahkan tetesan air hujan di wajahku. aku teringat pada sosok seorang ayah. BAPAK! ya aku teringat sosok bapak. banting tulang mencari nafkah demi keluarga tanpa memikirkan kondisi dirinya sendiri, tanpa ada rasa malu atau gengsi sedikitpun, asalkan bisa menafkahi keluarganya dengan cara yg halal. sedangkan aku masih belum sempat membuatnya bangga, aku belum bisa membahagiakannya.
dan kali ini aku merasa hina. aku tidak habis pikir dengan diriku sendiri. bagaimana bisa aku terus merasa kekurangan, aku tidak pernah puas dengan apa yg aku miliki, aku selalu menginginkan yg lebih dan lebih lagi. aku selalu melihat ke atas, tanpa pernah tahu bagaimana keadaan orang2 di bawahku. aku malu ya Rabb, aku selalu meminta ini dan itu kepadamu. harusnya aku bisa lebih bersyukur, lebih memaknai hidup dengan melihat kondisi orang2 di bawahku.
sepanjang perjalanan pulang, pikiranku masih terus menerawang. entah apa yg aku pikirkan..
sampai akhirnya aku menyadari bahwa hari ini adalah ''hari ayah". selamat hari ayah, bapakku yg super duper segalanya :)
sesampainya di rumah, seperti biasa aku mencium tangan kedua orang tuaku. tp kali ini lebih erat aku menggenggam tangan bapak. tangan kasar dan besar, tangan yg ia gunakan untuk melindungi anak2nya yaitu kami, menafkahi kami, dan menuntun kami menjadi lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar